Peningkatan Lemak di Area Perut Ketika Menopause Meningkatkan Resiko Penyakit Jantung

Masker Medan Listrik Lemah Bisa Matikan Virus!
March 29, 2021
Vaksin Saja Tidak Serta Merta Mengakhiri Pandemi COVID-19!
September 22, 2021
Masker Medan Listrik Lemah Bisa Matikan Virus!
March 29, 2021
Vaksin Saja Tidak Serta Merta Mengakhiri Pandemi COVID-19!
September 22, 2021

Sebuah studi dari Graduate School of Public Health University of Pittsburgh yang dirilis pada jurnal Menopause menunjukkan bahwa wanita yang mengalami peningkatan lemak di area perut ketika sedang mengalami menopause memiliki resiko penyakit jantung yang lebih tinggi, meskipun berat badannya secara keseluruhan tidak naik.

Studi ini dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan selama 25 tahun terakhir dari wanita di Pittsburgh dan Chicago yang berpartisipasi pada Study of Women’s Health Across the Nation (SWAN) Heart Study dengan usia rata-rata 51 tahun. Para wanita yang terlibat dalam penelitian diukur jumlah lemak yang ada di sekitar organ perutnya menggunakan CT-Scan dan ketebalan pembuluh darah carotid di area leher dan kepala menggunakan ultrasound. Ketebalan pembuluh darah carotid adalah indikator awal adanya masalah pada Jantung.

Hasilnya, peneliti menemukan bahwa setiap kenaikan lemak di bagian perut sebesar 20%, ketebalan pembuluh darah carotid naik hingga 2% pada indikator-indikator seperti berat badan keseluruhan, Body Mass Index (BMI), serta faktor penyebab resiko penyakit jantung lainnya. Dalam prosesnya, diketahui bahwa lemak area perut ini mengalami peningkatan yang pesat selama dua tahun sebelum menstruasi terakhir responden (secara rata-rata) dan terus mengalami pertumbuhan secara perlahan setelah masa transisi menopause.

Menurut Samar El Khoudary dari University of Pittsburgh, penelitian ditekankan pada pengukuran lingkar pinggang, bukan menggunakan indikator BMI yang menghitung perbandingan berat dan tinggi badan. Pengukuran berat badan dan BMI saja kurang dapat menggambarkan pertumbuhan ini karena dua wanita dengan usia sama dapat memiliki BMI yang sama namun dengan distribusi lemak yang berbeda di seluruh tubuhnya. Justru, dibandingkan dengan jumlah lemak yang dimiliki (umumnya diukur dokter berdasarkan berat badan dan BMI), lebih penting untuk memikirkan dimana lemak tersebut berada dan jumlahnya.

Saad Samargandy dari University of Pittsburgh menjelaskan bahwa lemak yang mengikat organ-organ di area perut berhubungan dengan sekresi molekul beracun yang dapat membayakan kesehatan jantung. Ia menyatakan bahwa hampir 70% wanita pasca-menopause mengalami obesitas sentral atau kelebihan berat badan secara terpusat di bagian perut. Analisisnya menunjukkan bahwa peningkatan lemak di bagian perut selama masa transisi menopause mencapai 8% per tahun.

Mengukur lemak perut menggunakan CT Scan memang terbilang mahal, tidak nyaman, dan dapat mengekspos wanita pada radiasi. Untuk itu, sebagai alternatif, El Khoudary menyarankan pengukuran lingkar perut secara rutin untuk memonitor pertambahan lemak perut.

Apabila seseorang diketahui berada dalam resiko penyakit jantung, maka nantinya antisipasi dapat dilakukan penyesuaian pada lifestyle dan pola makan dari jauh-jauh hari agar dapat mengurangi tingkat resiko tersebut. Penelitian ini juga telah dipublikasikan pada American Heart Association dan mendorong adanya peningkatan kesadaran pada kesehatan jantung dan perubahan metabolism yang terjadi akibat menopause untuk mengurangi faktor resiko penyakit jantung.

El Khoudary juga menyatakan bahwa penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menentukan apakah jenis diet, olahraga, atau lifestyle tertentu lebih efektif dibanding yang lainnya, selain juga untuk mengetahui ambang batas jumlah peningkatan pada lingkar perut yang benar-benar dapat meningkatkan resiko penyakit jantung pada fase ini.

 

Sumber: https://www.sciencedaily.com/releases/2021/03/210303142436.htm

Comments are closed.